Tuesday, 28 April 2020

Kisah Kepunahan Burung DODO

Tak banyak dokumentasi terkait kepunahan burung dodo. Karena kepunahannya terjadi berabad-abad lalu, yaitu sekitar tahun 1600-an di Kepulauan Mauritius yang menjadi Habitat utamanya. Spesies ini punah di masa kependudukan Belanda, dimana saat itu armada VOC (Dutch East India Company) Belanda di bawah Wakil Laksamana Wybrandt Warwijck yang pada September 1598 mengklaim Mauritius untuk Belanda (Barnwell 1948; Moree 1998), pada saat itu sejarah pulau mulai terdokumentasi.

Menurut catatan Admiral Jacob van Neck (1599) :

There are also other birds there which are as big as our swan, with large heads, and on the head a veil as though they had a small hood on their head; they have no wings but in their place there are three or four black quills, and where there ought to be a tail; there are four or five small curled plumes of a greyish colour. We called these birds Walghvogels [nauseous bird], partly because although we stewed them for a very long time, they were very tough to eat, yet the stomach and the breast were extremely good, but also because we could get a profusion of the turtledoves, which we thought had a rather better taste.

Selama 40 tahun berikutnya, pulau itu secara teratur digunakan sebagai stasiun pemugaran kapal-kapal yang melakukan perjalanan ke dan dari Hindia Timur, tetapi tidak ada pemukiman permanen yang dibuat. Karena meningkatnya kehadiran pedagang Inggris dan Prancis yang bersaing, Belanda mendirikan benteng di Vieux Grand Port, tenggara Mauritius pada tahun 1638, dan mempertahankan pemukiman yang hampir terus menerus sampai tahun 1710, setelah itu mereka meninggalkan pulau itu (Moree 1998). Selama periode Belanda, Dodo dan sebagian besar vertebrata darat besar lainnya punah (Cheke & Hume 2008).

Belanda menduduki kembali Mauritius pada 1664 dan dua komandan yang ditempatkan di sana (Hubert Hugo dari 1673–1677, dan Isaac Lamotius dari 1677–1692) keduanya mencantumkan Dodos sebagai masih ada (Moree 1998; Hume et al. 2004). Namun telah disarankan bahwa telah terjadi perubahan nama, dan bahwa penyebutan Dodos sebenarnya mengacu pada Mauritius Red Rail Aphanapteryx bonasia (Cheke 2006; lihat hlm. 126). Siapapun yang benar-benar melihat Dodo terakhir, baik itu pada tahun 1662 atau 1693, bukanlah akibat yang nyata, karena pada saat ini burung tersebut telah punah dalam hal apapun. Perburuan langsung oleh manusia telah lama disebut-sebut sebagai penyebab kepunahan dodo, tetapi hampir pasti ini bukan penyebab utamanya. Populasi manusia abad ke-17 di Mauritius kecil, tidak pernah lebih dari 100 orang, menempati sebuah pulau dengan panjang 61 km kali lebar 47 km, dan meliputi area seluas 1.860 km2 (Hume & Winters 2015). Namun, pengenalan Tikus Hitam Rattus rattus, babi, kambing, dan mungkin monyet, yang semuanya akan menjadi ancaman langsung bagi telur dan anak ayam, dan pesaing untuk sumber makanan yang terbatas, kemungkinan merupakan penyebab kematian Dodo.



Kasus kepunahan burung DODO merupakan salah satu contoh kepunahan akibat pencemaran trans genetik. Dimana kemungkinannya, bahwa Dodo mati karena hadirnya predator pemakan telur mereka. Sehingga Dodo sulit untuk berkembang biak.  

No comments:

Post a Comment