Wednesday 29 March 2023

Peringatan International Zero Waste - 30 Maret

Sampah telah menjadi permasalahan global yang tak kunjung terselesaikan. Setiap menit, setara dengan satu truk sampah plastik dibuang ke laut. Jika kehilangan dan pemborosan makanan adalah sebuah negara, itu akan menjadi sumber emisi gas rumah kaca terbesar ketiga. Lebih dari 75 persen dari semua limbah elektronik tidak dikelola dengan aman. Ekstraksi sumber daya bertanggung jawab atas setengah dari emisi karbon dunia. Jumlah limbah padat kota yang dihasilkan secara global dapat meningkat dari sekitar 2,24 miliar ton menjadi 3,88 miliar ton pada tahun 2050.

Karena itulah perlu langkah-langkah yang serentak di seluruh dunia. Salah satunya melalui gerakan zero waste untuk menekan jumlah sampah yang dihasilkan sekaligus meminimalisir penggunaan sumber daya. Namun untuk mencapai zero waste membutuhkan tindakan di semua tingkatan.
Dimana produk harus dirancang agar tahan lama dan membutuhkan bahan yang lebih sedikit dan berdampak rendah. Dengan memilih metode produksi dan transportasi yang tidak terlalu intensif sumber daya, produsen dapat lebih membatasi polusi dan limbah. Mengiklankan dan mengelola permintaan dengan cermat dapat lebih lanjut mewujudkan nol limbah di sepanjang siklus hidup produk.
Konsumen juga dapat memainkan peran penting dalam mewujudkan zero waste dengan mengubah kebiasaan dan menggunakan kembali serta memperbaiki produk sebanyak mungkin sebelum membuangnya dengan benar.
Dengan pemerintah, masyarakat, industri, dan pemangku kepentingan lainnya semakin menyadari potensi inisiatif tanpa limbah, memperkuat pengelolaan limbah, dan meningkatkan sistem pemulihan melalui keuangan dan pembuatan kebijakan. Strategi Global untuk Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan dapat memandu transisi ini. Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Negara-negara Anggota dan para pemangku kepentingan, strategi tersebut menyerukan penerapan tujuan konsumsi dan produksi yang berkelanjutan di semua sektor pada tahun 2030.

Pada tanggal 14 Desember 2022, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi sebuah resolusi pada sesi ketujuh puluh tujuh untuk memproklamirkan 30 Maret sebagai Hari Zero Waste Internasional, yang akan diperingati setiap tahun.

Peringatan Hari Internasional Zero Waste bertujuan untuk mempromosikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, mendukung perubahan masyarakat menuju sirkularitas, dan meningkatkan kesadaran tentang bagaimana inisiatif tanpa limbah berkontribusi pada kemajuan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Peringatan secara internasional menjadi kesempatan dunia untuk mendidik publik tentang isu-isu yang menjadi perhatian, untuk memobilisasi kemauan politik dan sumber daya untuk mengatasi masalah global, dan untuk merayakan dan memperkuat pencapaian kemanusiaan. Keberadaan hari-hari internasional mendahului pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi PBB telah menerimanya sebagai alat advokasi yang kuat. 

Selama Hari Zero Waste Internasional, Negara-negara Anggota, organisasi sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa, masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi, pemuda dan pemangku kepentingan lainnya diundang untuk terlibat dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan nol-limbah nasional, subnasional, regional dan lokal. inisiatif limbah dan kontribusi mereka untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Mempromosikan inisiatif tanpa limbah melalui hari internasional ini dapat membantu memajukan semua tujuan dan target dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 11 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 12. Sasaran ini mengatasi semua bentuk pemborosan, termasuk kehilangan dan pemborosan makanan, ekstraksi sumber daya alam, dan limbah elektronik.

Sumber: https://www.un.org/en/observances/zero-waste-day

Sunday 5 March 2023

Sampah Plastik Kemasan: Skema Deposit Refund System

Polusi plastik adalah masalah global. Sekitar 7 miliar dari 9,2 miliar ton plastik yang diproduksi dari 1950-2017 menjadi sampah plastik, berakhir di tempat pembuangan sampah atau dibuang. Saat ini, plastik adalah fraksi sampah laut terbesar, paling berbahaya, dan paling persisten, terhitung setidaknya 85 persen dari total sampah laut. Diperkirakan setiap menitnya, setara dengan satu truk sampah plastik dibuang ke lautan kita. 

Salah satu solusi untuk menekan timbulan sampah plastik adalah skema deposit refund system (sistem pengembalian dana). Dimana sampah kemasan plastik diberikan nilai ekonomi atau harga yang sesuai, yang besarannya dapat mendorong orang-orang tidak membuang sampah plastik kemasan karena adanya nilai ekonomi. Contoh sederhana yang menggambarkan penerapan skema tersebut di Indonesia adalah penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK) berupa galon dan penggunaan tabung gas lpg.

Harga kemasan Galon dan sistem pengembalian kemasan galon bekas merupakan wujud dari skema deposit refund system (sistem pengembalian dana) yang telah berlangsung puluhan tahun di Indonesia. Namun sayangnya, ruang lingkup dari praktik ini tidak berkembang sebagaimana semakin meningkatnya jenis dan bentuk kemasan AMDK yang diproduksi.

Baru-baru ini pemerintah inggris berencana menerapkan skema deposit refund system (sistem pengembalian dana) pada kemasan AMDK secara keseluruhan, mencakup kemasan botol minum plastik berukuran kecil.

Penerapan skema deposit refund system (sistem pengembalian dana) di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk diterapkan, Apalagi sampai saat ini, para pekerja informal atau para pemulung secara tidak langsung, sesungguhnya telah menerapkan skema deposit refund system (sistem pengembalian dana). Dengan diterapkan skema deposit refund system (sistem pengembalian dana) maka nilai ekonomi dari kemasan botol AMDK dapat ditingkatkan. Sehingga upaya pengelolaan sampah kemasan dari AMDK akan turut meningkat.

 Semoga...