Wednesday, 15 January 2020

Keunggulan Indonesia Menjadi Produsen Kelapa Sawit

Salah satu penyebab semakin pesatnya ekspansi sektor minyak sawit di Indonesia adalah keunggulan komparatif Indonesia sebagai, yaitu 
Negara dengan iklim khatulistiwa atau tropis, kedua biaya tenaga kerja yang rendah; pertiga, ketersediaan lahan; dan keempat, besarnya promosi politik dalam pengembangan sektor kelapa sawit.

Pertama, Indonesia memiliki kondisi iklim yang ideal untuk penanaman kelapa sawit: iklim tropis lembab dengan kelembaban atmosfer tinggi; curah hujan tahunan merata antara 1.800 dan 2.300 mm; suhu antara 24 ° dan 30 ° C; dan tingginya tingkat radiasi matahari.
Kedua, rendahnya biaya tenaga kerja atau buruh yang ada di Indonesia dan banyaknya tenaga kerja merupakan insentif komparatif yang kuat bagi produsen minyak sawit untuk berekspansi di Indonesia. Ini bahkan lebih karena intensitas tenaga kerja yang relatif tinggi dari pemanenan kelapa sawit bertepatan dengan kemungkinan mekanisasi yang rendah, yang mengarah pada biaya tenaga kerja yang mencapai 30 persen dari total biaya produksi.
Ketiga, sektor swasta dan pemerintah telah melihat “ketersediaan” lahan untuk pengembangan perkebunan sebagai alasan yang menentukan untuk ekspansi kelapa sawit Indonesia. Pendorong ekspansi ini diperkuat dengan berkurangnya ketersediaan lahan untuk pembangunan di Malaysia, di mana kapasitas pemrosesan yang tinggi pada akhir 1990-an dan 2000-an menyebabkan perusahaan-perusahaan Malaysia memperluas produksi minyak sawit mereka ke Indonesia, untuk menghasilkan CPO untuk industri pengolahan Malaysia. Namun, meskipun lahan yang luas masih berpotensi tersedia, dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat dari perluasan perkebunan serta nilai ekonomi dan sosial dari jasa ekosistem tanah - belum digunakan dalam penilaian ekonomi - yang seharusnya diperhitungkan nilainya.
Terakhir namun tidak kalah pentingnya, promosi politik diversifikasi tanaman pertanian menjadi insentif kuat yang mengarah pada perluasan sektor minyak kelapa sawit Indonesia. Insentif terbaru terdiri dari: program revitalisasi perkebunan kelapa sawit melalui kredit subsidi; subsidi industri pengolahan hilir dan hulu; promosi area klaster berbasis kelapa sawit untuk pemrosesan dan pengiriman; serta peraturan biofuel yang mengakibatkan peningkatan terhadap permintaan sawit untuk diolah dan diproduksi menjadi biofuel dalam negeri.
Hal utamanya misalnya adanya subsidi BIOFUEL untuk perusahaan kelapa sawit, yang jumlahnya sangat besar.
Lihat saja alokasi subsidi, yang diistilahkan oleh pemerintah dengan "Dana Sawit" yang dberikan kepada produsen sawit nasional ...

Sumber:
Book - Sustainability Certification in the Indonesian Palm Oil Sector, Benefits and challenges for smallholders

No comments:

Post a Comment