Prinsip fundamental ekonomi adalah perilaku manusia dijelaskan oleh kombinasi antara preferensi dan insentif. Preferensi mencerminkan keinginan, kebutuhan, dan keinginan manusia, sementara insentif adalah yang sebenarnya memotivasi perilaku manusia. Jika orang lebih suka memaksimalkan utilitas (atau kepuasan) mereka dan jika bisnis berusaha untuk memaksimalkan keuntungan, maka hal-hal yang akan menghasilkan peningkatan utilitas atau laba adalah definisi insentif ekonomi. Insentif ekonomi tidak dapat dipahami tanpa memperhitungkan preferensi. Misalnya, orang-orang yang lebih menyukai kekayaan kemungkinan akan merespons secara berbeda terhadap imbalan uang daripada orang-orang yang lebih memilih kekuasaan atau status sosial daripada kekayaan.
Ketika menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia, para ekonom berasumsi bahwa preferensi tidak berubah. Oleh karena itu, perubahan perilaku dijelaskan oleh perubahan insentif ekonomi. Banyak analisis ekonomi melibatkan studi tentang struktur kelembagaan dan organisasi yang memunculkan dan mengubah insentif ekonomi.
Insentif dapat berupa ekstrinsik atau intrinsik. Insentif ekstrinsik adalah eksternal untuk seseorang. Ini bisa berupa imbalan moneter, seperti pembayaran tunai, pendapatan, dan laba, atau mungkin imbalan nonmoneter, seperti pengakuan dan ketenaran teman sebaya. Sebaliknya, insentif intrinsik bersifat psikologis dan, dengan demikian, internal bagi orang-orang. Mengetahui bahwa Anda akan menerima perasaan yang baik untuk melakukan sesuatu dengan benar adalah insentif intrinsik. Insentif ekstrinsik dan intrinsik sering saling melengkapi. Orang mungkin termotivasi untuk mengambil tindakan tertentu karena mereka dibayar untuk melakukannya dan karena mereka bangga dalam melakukan pekerjaan. Namun, banyak peneliti telah menunjukkan bahwa insentif ekstrinsik sering kali menghambat atau mengurangi efek insentif intrinsik — misalnya, kesukarelaan menurun ketika orang ditawari uang untuk layanan mereka.
Contoh klasik di sini adalah sumbangan darah di Amerika Serikat. Dalam sebuah buku tahun 1971 berjudul The Gift Relationship, Richard Titmuss membandingkan sistem donor darah sukarela di Inggris dengan sistem campuran komersial dan sukarela di Amerika Serikat. Dia menunjukkan bahwa donor yang membayar mengakibatkan penurunan donor darah sukarela dan peningkatan kekurangan darah kronis dan akut.
Jika insentif meningkatkan perilaku, maka disinsentif akan mencegah perilaku. Masyarakat menggunakan kombinasi insentif dan disinsentif untuk memotivasi orang agar berperilaku dengan cara yang diinginkan secara sosial. Hadiah dan penghargaan sosial memiliki fungsi mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan kepentingan umum. Sebaliknya, denda, penahanan, dan pengucilan sosial adalah perbedaan yang dirancang untuk mencegah perilaku sosial yang tidak diinginkan. Demikian pula, perasaan bersalah, malu, dan penyesalan adalah disinsentif intrinsik untuk perilaku tidak etis.
Banyak masalah etika dapat dijelaskan oleh insentif yang dihadapi orang. Ketidakjujuran, penipuan, penyuapan, pencurian, penipuan, penggambaran yang keliru, plagiarisme, dan pemalsuan adalah contoh perilaku tidak etis yang sebagian besar dapat dijelaskan oleh insentif yang dihadapi orang. Beberapa sarjana percaya bahwa perilaku tidak etis dalam bisnis adalah respons terhadap tekanan yang dihadapi orang-orang dalam pekerjaan mereka. Jika insentif ekonomi membantu menjelaskan mengapa orang dalam bisnis terlibat dalam perilaku tidak etis, maka insentif ekonomi juga dapat digunakan untuk mempromosikan perilaku etis.
Sumber : Encyclopedia of Business Ethics and Society, Robert W. Kolb
No comments:
Post a Comment