Kasus lingkungan Taj Mahal terjadi pada tahun 1984, dimana seorang aktivis lingkungan terkemuka MC Mehta menggugat pemerintah untuk melindungi bangunan Taj Mahal di India dari polusi udara. Tuduhannya adalah, bahwa emisi industri menyebabkan mengihtamnya marmer putih di beberapa tempat dan tumbuhnya jamur di dalam monumen. Mehta meminta diterapkannya langkah-langkah anti-polusi atau penutupan perusahaan industri yang menyebabkan polusi udara tersebut. Selama proses pengadilan, Mahkamah Agung mengeluarkan banyak perintah yang mengarahkan otoritas pusat, negara bagian dan lokal untuk melakukan langkah-langkah pengembangan dan pengaturan untuk perbaikan lingkungan dan perlindungan Taj Mahal.
Namun, baru pada tahun 1996 Pengadilan, menemukan bahwa industri di daerah tersebut secara aktif berkontribusi terhadap polusi udara.
Akhirnya pengadilan memerintahkan 292 industri yang mempergunakan bahan bakar batubara untuk beralih ke penggunaan gas alam atau memindahkan bisnis mereka di luar kawasan lindung, dengan keamanan kerja atau tindakan kompensasi diperlukan untuk karyawan.
Meskipun sejumlah pabrik patuh mematuhi perintah pengadilan tersebut, namun masih banyak pabrik lainnya yang mengabaikan perintah pengadilan, dengan mengklaim, bahwa biaya dari tindakan tersebut adalah penghalang.
Karena itu, pada tahun 1999, Pengadilan memerintahkan 160 pabrik tutup karena tidak mematuhi perintah dari pengadilan.
Akhirnya pengadilan memerintahkan 292 industri yang mempergunakan bahan bakar batubara untuk beralih ke penggunaan gas alam atau memindahkan bisnis mereka di luar kawasan lindung, dengan keamanan kerja atau tindakan kompensasi diperlukan untuk karyawan.
Meskipun sejumlah pabrik patuh mematuhi perintah pengadilan tersebut, namun masih banyak pabrik lainnya yang mengabaikan perintah pengadilan, dengan mengklaim, bahwa biaya dari tindakan tersebut adalah penghalang.
Karena itu, pada tahun 1999, Pengadilan memerintahkan 160 pabrik tutup karena tidak mematuhi perintah dari pengadilan.
(Sumber : Kiss dan Shelton, Judicial Handbook Environmenal-Law, hlm.113)
Kasus ini menjadi salah satu contoh peran serta masyarakat, secara individual untuk melindungi bangunan cagar budaya terhadap ketidakberdayaan aparatur pemerintah. Selain itu, kasus ini menggambarkan salah satu dampak negatif akibat pencemaran udara terhadap benda cagar budaya.
Mahesh Chander Mehta, mengungkapkan :
“the Taj Mahal is dying—the marble cancer. I have gone to so many lawyers and nobody has taken my case.”.
“the Taj Mahal is dying—the marble cancer. I have gone to so many lawyers and nobody has taken my case.”.
"God directed me to the right path. It was all predestined and based on circumstance. After the incident, I just started walking, that is all."
M. C. Mehta, 1999
"It is too pure, too holy to be the work of human hands. Angels must have brought it from heaven and a glass case should be thrown over it to preserve it from each breath of air."
M. C. Mehta v. Union of India
No comments:
Post a Comment