Timbal (Pb) adalah unsur logam alami, dimana jejak konsentrasi dapat ditemukan nyaris di semua media yang ada di lingkungan dan semua makhluk hidup yang ada di sekitar kita. Namun, peningkatan kadar Pb di lingkungan cenderung meningkat akibat aktivitas manusia tertentu, terutama penambangan dan peleburan logam tidak mulia; pembakaran bensin bertimbal; penggunaan Pb dalam berburu, menembak sasaran, dan memancing rekreasi; penggunaan cat berbahan dasar Pb; dan pembuangan produk yang mengandung Pb secara tidak terkendali seperti baterai kendaraan tua dan perangkat elektronik. Peningkatan konsentrasi Timbal telah menimbulkan risiko paparan dan toksisitas Pb pada invertebrata, ikan, dan satwa liar di beberapa ekosistem.
Timbal adalah logam beracun yang penggunaannya secara luas telah menyebabkan pencemaran lingkungan yang luas dan masalah kesehatan di banyak bagian dunia. Ini adalah racun kumulatif yang mempengaruhi beberapa sistem tubuh, termasuk sistem neurologis, hematologi, gastrointestinal, kardiovaskular dan ginjal. Anak-anak sangat rentan terhadap efek neurotoksik timbal, dan bahkan tingkat paparan yang relatif rendah dapat menyebabkan kerusakan saraf yang serius dan, dalam beberapa kasus, ireversibel.
Mengingat dampak besarnya pada kesehatan, termasuk dampak pribadi, sosial dan ekonomi yang bersamaan, karenanya timbal diidentifikasi sebagai salah satu dari 10 bahan kimia yang menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat secara global (Organisasi Kesehatan Dunia/ WHO, 2019).
Paparan timbal menyebabkan beban penyakit yang signifikan: Institute for Health Metrics and Evaluation memperkirakan bahwa pada tahun 2017, paparan timbal menyumbang 1,06 juta kematian dan 24,4 juta tahun hidup yang disesuaikan dengan kecacatan (DALYs*) karena efek jangka panjang pada kesehatan.
Pada manusia, sumber utama pencemaran timbal biasanya bersumber dari timbal cat dan air minum yang dibawa melalui pipa timah. Cat berbahan dasar timbal sangat berbahaya bagi anak-anak yang mengunyah mainan dan perabotan yang dicat dan memakan cat yang terkelupas dari dinding. Industri di mana pekerja menghadapi padatan, debu, atau asap yang mengandung timbal termasuk industri perminyakan, pertambangan dan peleburan, percetakan, pembuatan peralatan makan dan penyimpanan baterai, pipa ledeng dan pemasangan gas, pembuatan cat dan pigmen, dan pembuatan keramik, kaca, dan amunisi. Kemungkinan sumber keracunan timbal lainnya termasuk penggunaan insektisida pertanian mengandung senyawa timbal; penyemprotan buah dan sayuran dapat mempengaruhi pekerja dan, pada akhirnya, konsumen.
Keracunan timbal juga dapat terjadi pada hewan. Ini sering mempengaruhi hewan peliharaan rumah tangga, terutama anjing dan burung; hewan ternak, termasuk sapi, domba, unggas, dan kuda; dan hewan liar, seperti hewan pengerat, unggas air, dan burung raptor. Mirip dengan manusia, keracunan timbal pada hewan cenderung melalui paparan produk yang mengandung timbal, terutama serpihan cat dan minyak, baterai, dan lemak yang dibuang secara tidak benar. Unggas air, seperti angsa dan bebek, kadang-kadang menelan pemberat ikan dan peluru timbal, dan burung raptor mungkin memangsa hewan pengerat yang terkontaminasi timbal. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), keracunan timbal merupakan ancaman khusus bagi Elang laut laysan (Laysan albatross), populasi besar yang bersarang Midway Atoll, tempat mereka menelan serpihan cat timbal.
Pada tahun 2021, penggunaan timbal dalam bahan bakar secara global secara resmi berakhir, yang merupakan hasil lobi selama beberapa dekade oleh Kemitraan untuk Bahan Bakar dan Kendaraan Bersih yang didukung UNEP. Penghapusan timbal dari bahan bakar secara bertahap dapat menyelamatkan sekitar 1,2 juta nyawa setiap tahunnya.
Saat ini, kandungan Timbal dalam cat merupakan sumber utama terjadinya paparan pencemaran timbal. Hal ini sering ditambahkan ke cat interior dan eksterior yang digunakan di rumah, sekolah dan bangunan lainnya, serta pada furnitur, taman bermain dan mainan, untuk mempercepat pengeringan, meningkatkan daya tahan dan meningkatkan sifat visual.
Sudah semakin banyak negara yang menolak penggunaan timbal pada Cat. Antara tahun 2012 dan 2023, jumlah negara yang memiliki kontrol yang mengikat secara hukum terhadap cat timbal meningkat menjadi 93 dari 52 negara. Pergeseran ini didukung oleh Aliansi Global untuk Menghilangkan Timbal Cat , yang dipimpin oleh UNEP dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Aliansi ini mendukung negara-negara dalam membuat undang-undang mengenai timbal dalam pengendalian cat, termasuk dengan mempromosikan model hukum yang dapat diambil oleh negara-negara ketika menyusun peraturan terkait timbal.
Bahkan di negara-negara maju yang sudah menerapkan pelarangan, timbal tetap menimbulkan bahaya karena merupakan bahan kimia yang banyak ditemukan pada bangunan dan produk-produk tua.
Saat ini Produk cat yang mengandung timbal masih beredar luas di Indonesia. Cat dengan kandungan timbal tinggi masih digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk memperindah tempat bermain anak.
Dalam kurun 2012-2013, BaliFokus membeli 78 kaleng cat dekoratif enamel dan mengujikan kadar timbal di dalamnya. Laporan berjudul “Timbal dalam Cat Enamel Rumah Tangga di Indonesia” yang disusun oleh BaliFokus dengan dukungan dari Asian Lead Paint Elimination Project menemukan, bahwa lebih dari tiga perempat sampel (77% atau 60 sampel) memiliki kadar timbal di atas 90 bagian per juta (ppm).
Penelitian BaliFokus pada 2015 menunjukkan, 83 persen dari 121 sampel cat enamel yang diuji mengandung timbal dengan konsentrasi membahayakan atau lebih besar daripada 90 ppm (standar WHO). Jika memakai standar SNI, 78 persen sampel tak memenuhi standar atau mengandung timbal di atas 600 ppm.
Menurut Laporan Nasional Timbal dalam Peralatan Bermain di Jakarta yang dikeluarkan Nexus3 pada 2019 menunjukkan, 81 dari 115 permukaan fasilitas permainan yang dicat warna cerah mengandung konsentrasi timbal di atas 90 ppm. Bahkan ada alat permainan yang memiliki kadar timbal di atas 4.000 ppm.
Umumnya, anak tidak terpapar timbal dari cat ketika cat masih di dalam kaleng ataupun saat cat baru dioleskan. Paparan timbal umumnya terjadi lama setelah cat bertimbal mengering pada kusen, pagar atau permukaan lain yang dicat. Permukaan yang dicat akan lapuk karena usia dan cuaca. Timbal yang terdapat dalam cat lalu masuk ke debu dan tanah baik di dalam ruangan maupun di sekitar rumah atau bangunan. Anak memiliki naluri ingin tahu yang mendorong mereka menjelajahi lingkungan sekitar dan juga memiliki kebiasaan alamiah dalam masa perkembangan yaitu memasukkan tangan ke mulut. Saat bermain di lingkungan yang tercemar timbal, debu dan tanah bertimbal dapat tak sengaja tertelan. Ini khususnya berlaku bagi anak berusia 6 tahun ke bawah. Sebagai gambaran, anak usia 1 sampai 6 tahun umumnya setiap hari menelan sekitar 100 mg debu dan tanah di rumah. Serpihan cat dapat menjadi sangat berbahaya karena kandungan timbalnya bisa jauh lebih tinggi daripada dalam debu dan tanah pada umumnya. Kadang anak dapat mengambil serpihan cat yang terkelupas dan menaruhnya dalam mulut. Selain itu, jika mainan atau benda lain dicat dengan cat bertimbal, cat kering bertimbal dapat tertelan langsung oleh anak yang menggigitnya. Namun, timbal yang tertelan oleh anak umumnya berasal dari debu yang mengandung timbal.
Pembatasan kadar timbal saat ini baru diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 8011:2014 tentang Cat Dekoratif Berbasis Pelarut Organik dengan standar konsentrasi maksimal 600 bagian per juta (ppm). Itu pun bersifat sukarela sehingga industri masih bisa memasarkan produk cat dengan kadar timbal yang tinggi. Rekomendasi WHO. Batasan standar pada konsentrasi timbal juga jauh diatas batas WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) yakni 90 ppm.
No comments:
Post a Comment